Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko mengatakan sejumlah perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) masih berpeluang mendongkrak ekspor terutama dalam kerja sama AIFTA.
“Dengan adanya kerja sama AIFTA, alas kaki Indonesia bisa bersaing karena posisi tawar kita berimbang. Selain itu, banyak peluang yang bisa dimanfaatkan di pasar India,” kata Eddy, hari ini.
Untuk itu, tenaga kerja di Indonesia diharapkan bisa fokus pada peningkatan daya saing. “Harus ada kepercayaan antara pengusaha dan pekerja. Pekerja harus mempunyai visi yang sama mengutamakan daya saing dan produktivitas. Pekerja juga harus berani bersaing secara global. Yakni, dengan metode terukur. Dalam hal ini, sertifikasi profesi menjadi penting,” kata Eddy.
Di sisi lain, jelasnya, peraturan pembatasan impor dengan Permendag No. 56/2008 tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu tidak lagi diperlukan di tengah implementasi sejumlah FTA.
“Setelah ACFTA, Permendag No. 56/2008 itu tinggal sejarah. Mau diberlakukan untuk lima atau 10 pelabuhan, tidak ada efeknya lagi. Liberalisasi dalam FTA akan memicu arus impor barang dari sejumlah negara,” jelasnya.
Pada tahun ini, dia memprediksi impor sepatu bisa melonjak sekitar 20% menjadi Rp210 miliar – Rp220 miliar per bulan dari posisi normal Rp170 miliar per bulan. Lonjakan impor diprediksi terjadi mulai bulan ini hingga Lebaran 2010.
“Selain karena FTA, saya perkirakan ada kenaikan impor sepatu sekitar 20% pada Mei hingga selama periode back to school dan Lebaran tahun ini. Besarnya impor karena kebutuhan meningkat dan adanya penguatan rupiah,” katanya.