Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, ekspor TPT ditargetkan meningkat sebesar 10,4 persen dari tahun lalu atau menjadi USD11,8 miliar pada tahun ini.
Hal itu dengan melihat kondisi pasar di berbagai negara tujuan utama ekspor Indonesia yakni Amerika Serikat, Uni Eropa, Timur Tengah, dan ASEAN yang dinilai masih sangat prospektif. Kendati demikian, ekspor TPT pada tahun ini masih terhambat masalah kenaikan harga bahan baku terutama kapas.
"Revitalisasi mesin dan peningkatan nilai tambah serta peralihan ke segmen pasar menengah adalah sasaran yang ingin dicapai dalam jangka menengah juga bisa mendorong ekspor,” kata Mari di Jakarta, Rabu (5/1/2011).
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman menjelaskan, pihaknya optimistis peningkatan ekspor yang ditargetkan oleh pemerintah bisa tercapai dengan mudah. Bahkan, kata dia, API menargetkan peningkatan ekspor bisa melampaui USD11,8 miliar pada tahun ini.
“Pada tahun lalu kami prediksikan ekspor mencapai USD10,7 miliar. Pada tahun 2011, kami malah menargetkan lebih dari 10,4 persen. Pada tahun 2012, kami juga menargetkan mencapai USD12 miliar. Jadi saya kira tidak ada masalah sama sekali,” jelas Ade.
Namun, ujar dia, untuk bisa merealisasikan target tersebut, pemerintah harus bisa mendukung dalam bentuk pembangunan infrastruktur terutama pelabuhan. Lebih lanjut Ade mengatakan, masalah harga bahan baku yakni kapas tidak berdampak pada ekspor namun pasar domestik.
"Harga bahan baku kapas berdampak mulai dari spinning ke weaving lalu pasar domestik. Di pasar dalam negeri takut harga naik di hari berikutnya. Di ekspor tidak masalah karena mereka sudah well done, sudah diketahui oleh umum harga naik," tegas Ade.
Selain masalah harga bahan baku, kata Ade, yang masih menghambat pasar domestik di antaranya adalah modal kerja dan sulitnya pembiayaan dari perbankan. "Selain itu, kebijakan pemerintah yang semakin mendorong industri hilir berpeluang meningkatkan nilai ekspor produk hilir," kata Mari.