Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) melaporkan harga serat poliester sintetis (HS No. 5503.20.00.00) pada awal Juni meningkat dari US$1,32 per kg menjadi US$1,52 per kg. Pengenaan BMAD tersebut dinilai berdampak sistemik terhadap industri hilir tekstil dan produk tekstil (TPT).
Ketua Umum API Ade Sudrajat Usman mengatakan kinerja di tiga subsektor hilir TPT, yakni pemintalan benang (spinning/yarn), kain (fabrics), dan pakaian jadi (garment), mulai terhambat oleh peningkatan biaya produksi.
Serat sintetis merupakan bahan baku utama dari industri benang yang kemudian diproses menjadi kain, dan kain itu akhirnya dimanfaatkan untuk industri pakaian jadi.
"Para produsen benang saat ini mulai merasa ada upaya-upaya produsen serat poliester menaikkan harga secara sepihak dan tidak rasional karena adanya pengenaan BMAD tersebut," jelasnya petang tadi.
Harga serat sintetis yang berlaku per 9 Juni 2010 di Malaysia, Taiwan dan Thailand hanya US$1,32 per kg atau sama dengan harga serat lokal sebelum dikenakannya BMAD. Harga serat poliester di China pada saat itu bahkan hanya US$1,28 per kg. "Namun, harga serat lokal mencapaiUS$1,48 – US$1,52 per kg," kata Ade.
Sebelumnya, KADI menetapkan BMAD serat sintetis kepada tiga negara yakni China sebesar 11,94%, India 5,82% - 16,67%, dan Taiwan 28,47%.
Jika BMAD diberlakukan, harga serat Taiwan yang hanya US$1,32 per kg pada 9 Juni akan menjadi US$1,7 per kg di pasar domestik.
"Pengenaan BMAD oleh KADI kami nilai sepihak dan tidak mencerminkan keadilan. Pemerintah hanya melindungi 30.370 orang di industri poliester, tapi para pekerja di tiga industri hilir itu sebesar 1,29 juta orang terancam karena dampak berantai penurunan daya saing," kata Ade.