Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan,ekspor TPT ditargetkan meningkat 10,4% dari tahun lalu atau menjadi USD11,8 miliar pada 2011.Proyeksi tersebut berdasarkan kondisi pasar di berbagai negara tujuan utama ekspor Indonesia, yakni Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, Timur Tengah, dan ASEAN yang dinilai masih sangat prospektif. Namun, ekspor TPT masih terhambat masalah kenaikan harga bahan baku, terutama kapas.
”Revitalisasi mesin dan peningkatan nilai tambah serta peralihan ke segmen pasar menengah adalah sasaran yang ingin dicapai dalam jangka menengah dan bisa mendorong ekspor,” ungkap Mari saat menjelaskan kinerja perdagangan 2010 dan prospek 2011 di Kementerian Perdagangan (Kemendag) Jakarta kemarin. Dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman mengaku optimistis peningkatan ekspor yang ditargetkan pemerintah bisa tercapai dengan mudah.
Bahkan, API menargetkan peningkatan ekspor bisa melampaui USD11,8 miliar pada tahun ini. Pada 2010,API memprediksi ekspor TPT bisa mencapai USD10,7 miliar. ”Pada 2011,kami justru menargetkan kenaikan lebih dari 10,4%. Pada 2012,kami juga menargetkan mencapai USD12 miliar. Jadi, saya kira tidak ada masalah sama sekali,” tutur Ade kemarin.Namun, untuk bisa merealisasikan target tersebut, pemerintah harus bisa mendukung dalam bentuk pembangunan infrastruktur, terutama pelabuhan.
Ade mengatakan, masalah harga bahan baku kapas tidak berdampak pada ekspor, melainkan pasar domestik. Di pasar dalam negeri takut harga naik pada hari berikutnya. Sementara pasar ekspor sudah mengetahui kenaikan tersebut. Ade juga mengungkapkan, yang masih menghambat pasar domestik di antaranya modal kerja dan sulitnya pembiayaan dari perbankan.
Terkait ekspor alas kaki, Kemendag menargetkan naik 20% pada tahun ini. Proyeksi tersebut mengacu pada perkembangan pasar nontradisional, terutama di Asia Tengah dan Eropa Timur, yakni Rusia,Ukraina,dan Kazakhstan sudah mulai pulih.Peningkatan ekspor juga akan didorong mulainya produksi oleh beberapa pabrik yang melakukan relokasi ke Indonesia serta rendahnya biaya untuk pegawai dibandingkan negara pesaing. Untuk ekspor automotif, Mari menjelaskan, ditargetkan naik 10% pada 2011.
Pihaknya akan meningkatkan promosi dan perluasan pasar ekspor automotif ke negaranegara mitra perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) dan negara lainnya. ”Untuk saat ini, peningkatan investasi di sektor automotif juga akan semakin didorong,” tuturnya. Sementara itu, ekspor sektor CPO atau minyak sawit mentah ditargetkan naik 16%.Kemendag melihat,selain pasar utama tujuan ekspor adalah China, Uni Eropa, dan India.
Selain itu, beberapa negara lainnya di Timur Tengah dan Eropa Timur juga dinilai berpotensi besar. ”Selain itu, kebijakan pemerintah yang semakin mendorong industri hilir berpeluang meningkatkan nilai ekspor produk hilir,”ungkap Mari. Khusus ekspor kakao, untuk olahan ditarget naik 61% dan biji kakao 22%.Produksi kakao olahan juga ditargetkan naik dari 180.000 ton pada tahun lalu menjadi 280.000 ton pada tahun ini.
Selain itu, konsistensi kebijakan pemerintah mendorong proses pengolahan kakao di dalam negeri dan program Gerakan Nasional Kakao untuk Peningkatan Mutu dan Produksi Biji Kakao juga mendorong ekspor. Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Piter Jasman mengatakan,konsumsi kakao olahan dalam negeri diprediksi mencapai 60.000 ton pada 2011 atau naik dari 40.000 ton pada tahun lalu.
”Konsumsi dalam negeri terus meningkat, menyusul realisasi ekspansi sejumlah pabrik anggota AIKI. Ini mulai dari pabrik Milo, Bumi Tangerang, dan pabrik milik Malaysia. Dengan demikian, target produksi 280.000 ton kakao olahan pada 2011 bisa tercapai,” ungkap Piter kemarin. Menurutnya,lonjakan permintaan yang didorong realisasi investasi di sektor hilir terjadi menyusul penetapan bea keluar (BK) kakao.
Pemerintah menetapkan pemberlakuan BK kakao melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 67/2010 pada 1 April 2010 tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan BK dan Permendag No 15/2010 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor Atas Barang Ekspor yang Dikenakan BK. ”Pemberlakuan BK juga menguntungkan petani karena pasarnya terjamin. Selain itu, rantai distribusi semakin pendek karena industri pengguna membangun pabrik di dalam negeri.
Terpenting, pemanfaatan BK dikembalikan lagi untuk petani.Hal ini,misalnya, menyukseskan Gerakan Nasional Kakao untuk Peningkatan Mutu dan Produksi Biji Kakao,” papar Piter. Mari Elka menambahkan, Kemendag juga menargetkan peningkatkan ekspor kopi 5% pada tahun ini.
Harga internasional diprediksi relatif baik pada 2011. Selain itu, produksi kopi tahun ini diperkirakan meningkat menjadi 570.000 ton dari 540.000 ton pada 2010.”Selain itu, penetrasi pasar ke China serta pasar baru semakin ditingkatkan,” tandasnya.