Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Hesti Indah Kresnarini mengungkapkan pergeseran pasar tersebut dapat terlihat dari jumlah buyer yang datang pada pelaksanaan Trade Expo Indonesia.
Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan, ungkapnya, jumlah buyer yang datang pada hari pertama pelaksanaan TEI sebanyak 2.278 pembeli yang berasal dari 65 negara. Dari segi komposisi pasar, sebanyak 84,9% pembeli berasal dari negara-negara non tradisional di antaranya Mesir, Taiwan, Bangladesh, India, Uni Emirat Arab, Sri Lanka, Malaysia, Kenya, Libanon, dan Pakistan.
Adapun 15,1% pembeli yang datang berasal dari Amerika, Jepang, Perancis, Singapura, Kanada, UK, Belgium, dan lain-lain.
“Ada penurunan yang cukup signifikan untuk pembeli dari Amerika dan negara-negara Eropa. Pengaruh situasi krisis yang tengah dihadapi negara-negara itu kemungkinan menjadi penyebab utama berkurangnya pembeli dari negara itu,” ujar Hesti kepada wartawan di sela-sela acara Trade Expo Indonesia (TEI) hari ke-2, hari ini.
Penurunan jumlah pembeli dari negara-negara tradisional tersebut, menurut Hesti, juga disebabkan rata-rata pembeli dari negara-negara itu telah memiliki agen di Indonesia sehingga transaksi dan kunjungan dilakukan oleh para agen di Tanah Air.
“Ada juga yang sudah mengkonfirmasi dengan perusahaan di sini untuk datang ke pameran ini tetapi akhirnya dibatalkan. Ini mungkin terkait dengan situasi dan kondisi di negara mereka,” ungkap Hesti.
Kendati demikian, melihat tren pembeli yang mulai bergeser tersebut, Hesti mengaku cukup puas karena sesuai dengan target dan upaya yang dilakukan Kementerian Perdagangan dengan perawakilan di luar negeri yaitu atase dagang dan ITPC untuk menghimpun pembeli sebanyak-banyaknya.
“Mengingat kondisi perekonomian global yang melemah di Amerika dan negara-negara Eropa yang menjadi market utama kita, kita beruntung pasar non tradisional juga bertumbuh.”
Sementara itu, nilai transaksi yang berhasil dihimpun dari pelaksaan TEI hari-1 mencapai US$33,9 juta dengan kontribusi utama berasal dari sektor furnitur.
Sektor furnitur, ungkap Hesti, menyumbang 15,6% dari total nilai transaksi disusul makanan dan minuman (5,5%), handicraft (5,3%), produk pertanian (5,2%), TPT (4,3%), komponen otomotif (3,7%), bahan bangunan (3,4%), elektronik (3,1%), kosmetik dan herbal (2,6%), esential oil (2,6%), produk kertas (2,3%), dan produk kayu (2,4%).
Hesti optimistis target US$380 juta yang dipatok hingga pelaksanaan TEI hari terakhir dapat tercapai. “Tren selama ini, nilai transaksi mulai meningkat di hari ketiga hingga hari terakhir.”(api)Bisnis Indonesia