Penurunan juga terjadi pada nilai ekspor produk-produk DKI Jakarta sepanjang bulan Agustus yang hanya mencapai 731,61 juta dolar Amerika. Angka tersebut menurun sebsar 0,26 persen dari nilai ekspor produk DKI Jakarta di bulan Juli yang mencapai 733,51 juta dolar Amerika. Meski demikian, jika dibandingkan dengan periode bulan Agustus di tahun lalu, nilai ekspor produk DKI Jakarta pada Agustus tahun ini masih lebih tinggi yakni sebesar 13,85 persen.
Akibatnya, kontribusi nilai ekspor produk-produk DKI Jakarta terhadap total nilai ekspor yang melalui DKI Jakarta sepanjang bulan Agustus tahun ini mengalami penurunan 0,36 poin atau hanya mencapai 20,50 persen dibandingkan dengan kontribusi bulan lalu yang mencapai 20,86 persen
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, Agus Suherman mengatakan, penurunan nilai ekspor dan nilai ekspor produk DKI Jakarta tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta. Sebab, tren penurunan memang selalu terjadi pada periode Agustus hingga September setiap tahunnya. Hal ini lebih disebabkan tidak terlalu banyak barang-barang yang diekspor melalui DKI Jakarta. “Tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di ibu kota. Karena kalau kita lihat nilai kumulatif ekspor produk-produk DKI tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu,” ujar Agus Suherman, Rabu (3/11).
Secara kumulatif, diungkapkan Agus, nilai ekspor produk DKI periode Januari-Agustus tahun ini mencaoai 5,52 miliar dolar Amerika. Nilai ini mengalami peningkatan sebesar 8,74 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Adapun, pasar utama ekspor produk DKI Jakarta sepanjang bulan Agustus masih tetap dipegang negara-negara di ASEAN. Terbukti, sebanyak 31,36 persen dari keseluruhan ekspor produk DKI Jakarta dipasarkan ke ASEAN meningkat 0,79 poin dari market share di bulan yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 30,57 persen. Enam komoditi ekspor produk non migas yang mengalami peningkatan sepanjang Agustus dibandingkan Juli, yaitu komoditi kendaraan dan bagiannya sebesar 25,23 juta dolar Amerika.
Disusul komoditi lemak dan minyak hewan nabati sebesar 7,89 juta dolar Amerika, perhiasan atau permata sebesar 3,83 dolar Amerika, minyak atsiri, kosmetik wangi-wangian sebesar 3,02 juta dolar Amerika, sabun dan pembersih sebesar 2,87 juta dolar Amerika, dan mesin atau peralatan listrik sebesar 2,58 juta dolar Amerika.
Untuk nilai impor non migas melalui DKI Jakarta sepanjang September, diungkapkan Agus, mencapai 5,06 miliar dolar Amerika atau mengalami penurunan sebesar 25,20 persen dari nilai impor bulan Agustus yang mencapai 6,55 miliar dolar Amerika. Namun bila dibandingkan periode yang pada tahun lalu, nilai impor bulan September tahun ini lebih tinggi sebesar 31,61 persen.
Sedangkan berdasarkan golongan penggunaan barang, nilai impor bulan Januari-Agustus tahun ini mengalami peningkatan untuk semua golongan penggunaan barang dibandingkan dengan periode Januari-Agustus tahun 2009 lalu. Untuk barang konsumsi mengalami peningkatan sebesar 37,87 persen, nilai impor bahan baku dan penolong meningkat sebesar 54,09 persen, dan nilai impor barang modal meningkat sebesar 52,60 persen.