Seperti dikatakan pemilik stand batik ‘Beranda Betawi’, Wahyudiono. Pria yang akrab disapa Wahyu ini menuturkan, antusias masyarakat terhadap batik warisan Betawi cukup tinggi. Itu dibuktikan dari penjualan batik hari pertama yang berhasil meraup omzet sebesar Rp 6,5 juta, lalu di hari kedua Rp 7 juta, dan hari terakhir berkisar Rp 5 juta.
Penjualan yang melebihi target ini, kata Wahyu, merupakan hasil yang fantastis, terlebih kondisi batik Betawi yang saat ini mulai langka dan dapat dibilang kalah pamor dibandingkan dengan batik daerah lain. "Keunikan batik Betawi yang memiliki motif bebas menjadi daya tarik tersendiri," ujar Wahyu kepada beritajakarta.com, yang ditemui di hari terakhir pameran Sentra Timur Fair, Jumat (11/6)
Wahyu menegaskan, perbedaan batik Betawi dengan batik khas daerah lain diyakini menjadi pendongkrak penjualan batik di standnya itu. Terlebih, mulai dari motif dan warnanya, batik khas Betawi ini cukup unik. Motif batik Betawi cukup bebas dan tidak berpakem pada satu gaya seperti halnya batik lain, begitu juga warnanya yang cerah.
Wahyu menjelaskan, seiring perjalanan waktu, batik Betawi dibedakan menjedi jenis ondel-ondel dan Jakarta. Jenis odel-ondel memiliki ciri bergambar pengantin Betawi, ondel-ondel dan gambar-gambar kesenian lainnya. Sedangkan jenis batik Jakarta lebih menggambarkan pada kehidupan masyarakat modern saat ini.
Untuk warna batik Betawi, menurutnya, lebih terang dan dan terkesan `ngejreng` dan didominasi warna-warna cerah, seperti warna merah, hijau, kuning dan oranye. Untuk harga, kata Wahyu, jenis batik Ondel-ondel lebih murah daripada jenis batik Jakarta yang berkisar Rp 400 ribu-an. Sedangkan batik Jakarta dibanderol antara Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta.