Saat ini, industri sedang dalam masa pemulihan dari krisis sehingga tidak seharusnya dibebani dengan kenaikan TDL. Apalagi, dalam persaingan dengan produk impor yang semakin ketat, industri sangat membutuhkan dukungan dari pemerintah. "Kami tidak dalam posisi untuk memberi solusi atau alternatif sehingga kami menolak keputusan itu," ujarnya. Selain itu, pemerintah dituding tidak memiliki visi dalam menangani energi di Tanah Air. Padahal, ketersediaan energi primer atau bahan bakar yang dibutuhkan oleh pembangkit milik PLN seperti gas dan batu bara justru diprioritaskan untuk ekspor. "Gas dan batu bara banyak diekspor sedangkan PLN kesulitan memperoleh energi. Kalau kebijakan energi fokus pada dalam negeri, saya yakin TDL tidak akan naik. Dengan suplai gas yang diberikan 2009, PLN bisa melakukan penghematan Rp 3 triliun lebih," ujarnya. Untuk itu, dia menegaskan, pihaknya akan melayangkan surat penolakan dan keberatan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengenai rencana kenaikan TDL. "Dalam waktu singkatnya kami akan mengirimkan surat resmi kepada Bapak Presiden RI, mengenai apa yang kami harapkan," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ernovian G Ismy mengatakan, kenaikan TDL akan menyebabkan produsen harus mengurangi produksi untuk mempertahankan harga jual. Akibatnya, pihaknya harus mengurangi pekerja sekitar 10.000 orang. Dia mengakui, produsen tidak bisa menaikkan harga jual produknya karena akan mengurangi daya saing produk lokal dengan produk impor. "Tanpa menaikkan harga jual, kita sudah tidak bisa bersaing," tuturnya. Di sisi lain, Wakil Sekjen Federasi Gabungan Elektronik (Gabel) Indonesia Yeane Keet mengatakan, dampak kenaikan TDL bisa menyebabkan investor membatalkan rencana relokasi industri dari Thailand, Vietnam dan China ke Indonesia. "Dengan kenaikan TDL, kami tanyakan kembali sikap pemerintah untuk mendukung industri tumbuh di Indonesia. Jangan sampai itu jadi sebab investor menarik rencana relokasinya ke Indonesia," ucapnya. Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Bakery Indonesia (APEBI) Chris Hardijaya memastikan kenaikan TDL dengan sendirinya akan mendongkrak harga bahan baku dan berpeluang pada kenaikan harga jual produk. Bahkan ancaman perusahaan roti gulung tikar sangat mungkin terjadi jika harga bahan baku naik namun tidak bisa diteruskan ke harga konsumen. "Sebelum kenaikan saja, anggota kami yang sudah tutup selama 2010 sudah 22, karena kenaikan harga gula, lokasinya di Bekasi dan Tangerang. Bahkan waktu tahun 2008 ketika harga roti naik dari Rp 500 menjadi Rp 1.000, omset turun 50 persen, ada 100 perusahaan yang tutup," tutur Chris. Kekhawatiran yang sama juga disampaikan Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Urip Timuryono. Dia mengatakan, jika kenaikan TDL itu dilakukan maka harga semen di Indonesia cukup stabil saat ini akan terorong naik sehingga memicu masuknya semen impor karena tidak ada hambatan bea masuk untuk impor. Sebab komponen energi (biaya listrik -Red)mencapai 30 hingga 40 persen dari biaya produksi. "Kalau kenaikan ini biaya produksi ini tidak bisa diantisipasi, maka produsen bisa berpengaruh pada harga jual. Ujungnya, TDL naik, maka memberikan kesempatan barang impor masuk," ucapnya. (*)