"Defisit bisa diturunkan dengan meningkatkan ekspor, yang tentunya disertai upaya peningkatan kualitas dan nilai tambah produk," kata Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar usai mendampingi Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menyampaikan keterangan mengenai kinerja ekspor impor di kantor Kementerian Perdagangan Jakarta, Rabu (5/1).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit perdagangan produk nonmigas Indonesia dengan China selama Januari-November 2010 mencapai US$5,32 miliar, paling besar jika dibandingkan dengan perdagangan bilateral dengan negara mitra yang lain.
Defisit perdagangan nonmigas dengan negara itu sedikit bertambah dari periode Januari-Oktober 2010 yang nilainya US$5,29 miliar. Wakil Menteri Perdagangan mengatakan defisit perdagangan nonmigas dengan China selama sepuluh bulan pertama 2010 memang meningkat jika dibandingkan periode yang sama pada 2009 yang hanya US$3,91 miliar.
Peningkatan defisit neraca perdagangan nonmigas Indonesia dengan China selama Januari-Oktober 2010, menurutnya, antara lain didorong oleh peningkatan impor bahan baku sebesar US$3,2 miliar dan impor barang modal sebesar US$1,7 miliar.
"Tapi tahun 2009 kan ada anomali, volume perdagangan turun akibat krisis global, jadi sebenarnya kurang representatif jika digunakan sebagai pembanding," katanya. Menurutnya, dalam hal ini lebih baik menjadikan angka pada 2008 sebagai pembanding.
Jika dibandingkan dengan defisit perdagangan nonmigas periode Januari-Oktober tahun 2008 yang sebesar US$6,1 miliar, kata dia, defisit perdagangan nonmigas Indonesia dengan China pada periode yang sama 2010 masih lebih kecil. "Itu terjadi karena peningkatan ekspor jauh lebih besar dari peningkatan impor," katanya.
Ekspor nonmigas Indonesia ke China selama Januari-Oktober 2010 naik 56% dibanding kurun yang sama tahun 2008 sedangkan impornya hanya naik 23%. Ekspor nonmigas Indonesia ke negara itu pada November 2010 juga mencapai US$1,7 miliar atau meningkat 34,6% dibandingkan bulan sebelumnya.