"Ekspor perlahan naik setelah ada penurunan tarif. Dalam dua tahun terakhir nilai ekspor tekstil dan produk tekstil ke negara-negara ASEAN meningkat signifikan dari 300 juta dolar AS menjadi sekitar 1,3 miliar dolar AS," jelasnya. Ade juga mengatakan bahwa integrasi ekonomi kawasan dalam kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015 mendatang akan memberikan dampak positif bagi peningkatan perdagangan tekstil dan produk tekstil Indonesia jika dimanfaatkan secara optimal.
"Setelah integrasi, kawasan ASEAN yang berpenduduk sekitar 600 juta jiwa akan menjadi pasar domestik kita. Pasar negara-negara dengan penduduk berdaya beli tinggi seperti Malaysia, Singapura dan Thailand bisa dimanfaatkan. Dampak positif dan negatifnya pasti ada, itu bagaimana kita pandai-pandai memanfaatkannya saja," kata dia.
Selain itu, dia melanjutkan, kerja sama perdagangan antara negara-negara kawasan ASEAN yang terintegrasi secara ekonomi dengan mitra-mitra dialognya juga akan membuka peluang untuk memperluas pasar dan memperbesar ekspor bagi pelaku industri tekstil Indonesia.
Pelaku industri tekstil dalam negeri, kata dia, akan bisa secara optimal memanfaatkan peluang pasar dari integrasi ekonomi ASEAN bila pemerintah memberikan dukungan yang diperlukan untuk memperkuat daya saing.
"Yang terpenting sarana logistik harus diperbaiki supaya produk kami bisa lebih bersaing," katanya.
Tekstil dan produk tekstil merupakan salah satu produk ekspor utama yang memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan nilai ekspor nonmigas Indonesia.
Menurut data Kementerian Perdagangan, nilai ekspor produk tekstil dan produk tekstil selama Januari-Agustus 2011 mencapai 9,16 miliar dolar AS atau meningkat 23,4 persen dari kurun yang sama tahun 2010 yang nilainya 7,42 miliar dolar AS. Ade menjelaskan selama ini pangsa pasar ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia paling besar di AS (37 persen) kemudian disusul Uni Eropa (14 persen), negara-negara ASEAN (10 persen) dan Jepang (7 persen). (Ant)